Pengalaman Belajar IELTS Mandiri - Pass Band 7.0
Tahun lalu tepatnya bulan April, saya menemui keadaan dimana dalam maksimal dua bulan ke depan harus submit hasil IELTS. Padahal, saya belum pernah sama sekali tes IELTS seumur hidup. Cuma pernah denger kalau IELTS jadi tes untuk mengukur kemampuan Bahasa Inggris selain TOEFL. Suami saya pada tahun 2016 sebelum mengambil beasiswa ke Swedia, pernah intensif kursus persiapan tes IELTS dari kantor selama sebulan. Akhirnya, berbekal info tempat kursus IELTS dari suami di Surabaya, saya tanya-tanya.
Ternyata, selain harga kursusnya sendiri yang lumayan mahal, saya harus masuk setiap hari dan terkendala harus nitipin Alya kemana. Kebetulan juga waktu itu daycare langganan udah penuh dan hanya nerima anak titip yang tetap selama minimal dua bulan. Alhasil modal nekat, saya belajar mandiri di rumah. Harus colongan belajar di sela waktu ngurus Alyaka dan urusan domestik lain. Baru bisa bener-bener belajar listening pun setelah suami pulang kerja karena beliau bisa bantuin pegang Alyaka full dari Maghrib sampai malam jam 9.
Setelah sebulan belajar mandiri, saya tes pertama di bulan Juni 2018. Waktu itu tes di Surabaya tepatnya di IALF dengan biaya Rp2.800.000,- untuk Academic. Masih ingat tesnya hari Minggu pagi, dimana dari Sabtunya udah siap-siap ninggalin rumah untuk sehari dan nyiapin makan, bekal juga baju Alyaka untuk ke daycare.
Tes pertama adalah listening, reading, lalu writing semua kandidat dalam satu ruangan. Lalu kemudian kami dapat nomor urut dan jam berbeda untuk speaking test dengan examiner yang berbeda-beda sesuai kelompok.
Tes listening saya waktu itu lumayan optimis akan pass band 7.0. Kebetulan institusi yang akan saya tuju mewajibkan minimal overall score 7.0 dan tidak ada komponen yang kurang dari 6.0. Reading saya sempet bingung sama beberapa vocab yang engga umum, tapi tetep optimis. Mulai jiper banget di writing test, karena jujur aja dari empat aspek ini saya paling minim persiapan di writing. Selain ga ada oranglain yang bisa kasih masukan, saya bener-bener cuma belajar via text book. Ga ada yang ngereview hasil lastihan saya, dan saya juga kurang cari reference writing dari contoh-contoh lain di internet.
Selesai writing test, saya pusing luar biasa. Sempet mutah-muntah juga di toilet. Suami saya terus nyusul, ngajak makan dulu dan saya terpaksa batal puasa waktu itu. Setelah saya ingat-ingat sepertinya asam lambung saya naik karena minum kopi setelah sahur. Duh.
Sekitar jam 3 sore, tiba giliran saya untuk speaking test. Waktu itu pengujinya native speaker laki-laki masih muda, dan saya dapet pertanyaan yang Alhamdulillah menurut saya, saya jawab dengan lumayan baik.
Hasil tes IELTS ini keluar 13 hari setelah tes. Kebetulan waktu itu tanggal 15 Juni adalah Idul Fitri, jadi saya cek hasilnya via web.
Dan hasilnya adalah...
Overall score udah memenuhi standar, tapi kena 'nyaris lolos' di writing test sesuai perkiraan saya. Lemes banget, saat itu ngecek juga waktu di Banjarnegara di rumah mertua. Gimana ini, saat itu pikir saya. Suami dari awal udah bilang: "Kalo ga lulus, tes lagi aja ya. Yang penting usaha sebisanya." Ngerasa bersalah banget, karena kalau 'seandainya' saya ngeluarin effort yang lebih saat writing, mungkin bisa lulus dan ga harus keluarin uang lagi untuk tes kedua.
Setelah menenangkan diri, akhirnya cari lagi tanggal tes paling dekat untuk tes di daerah Solo. Nemu tanggal 30 Juni di IONS Yogyakarta, dengan biaya yang lebih mahal yaitu Rp3.200.000,-. Kali ini saya tekad banget mau intens belajar writing.
Setelah pembayaran secured, saya langsung nyusun jadwal dan strategi untuk dua minggu ke depan. Pertama, saya bisa beli buku tambahan. Kebetulan buku pelajaran pertama saya dari Barron's, lalu saya beli lagi dari sumber sama. Ini penampakan bukunya:
source image: google
Buku pertama yang saya beli adalah yang kanan atas. Lalu saya beli agi yang kiri atas. Jauh lebih murah kalau teman-teman beli satu paket, semisal punya waktu persiapan yang cukup lama juga.
Lalu, saya cari guru yang bisa bantuin meningkatkan writing skills saya. Berdasarkan masukan adik kelas saya, Kay, dikasitau kalau guru SMA saya, Miss Kiki, bisa bantuin kasih tambahan les writing aja. Saya langsung hubungin Miss Kiki. Awalnya beliau kasi masukan untuk belajar online lewat www.magoosh.com . Tapi menurut pendapat saya, mengingat waktunya udah super mepet saya harus didampingi guru secara langsung. Akhirnya beiau bersedia. Alhamdulillah banget.
Pulang dari Banjarnegara, saya langsung intensif seminggu penuh dalam sehari bisa 3-5 jam belajar nulis aja sama Miss Kiki. Soalnya dapat dari buku, dan Miss Kiki bantuin untuk timing dan ngereview hasil tulisan saya. Ketahuan deh kalau saya kadang masih salah pakai grammar dan palimg sering kena di pararellism. Untungnya karena di Solo, saya ga harus membagi perhatian antara belajar dan ngurus Alyaka. Ada Ibu dan Emak yang bisa dipasrahin, belum lagi saya ga harus masak sendiri, haha.
Akhirnya, tanggal 30 Juni tiba. Saya berangkat ke Yogyakarta pagi-pagi sekali dan ke IONS naik go-ride. Mungkin karena udah pernah tes IELTS sebelumnya, tes yang kedua ini saya ga segugup yang pertama. Kebetulan juga jumlah peserta tes ga sebanyak tes yang pertama, jadi prosesnya dari record data sampai mulai tes juga ga terlalu lama.
Listening dan reading saya lewati dan masih optimis, meskipun terbersit "duh gimana ya kalo nilai readingnya ga sebagus yang pertama". Lalu tiba saatnya writing, dan saya mengerahkan semua strategi, tips dan penulisan yang sudah dilatih setiap hari selama seminggu bareng Miss Kiki.
Saat speaking saya dapet giliran 2 jam setelah tes writing. Saya makan siang sendirin di resto deket IONS, lalu balik lagi Kali ini examiner saya seorang Ibu-ibu, dan beliau saat itu ngetes sendiri 20-an orang yang ada siang itu. Saya dapat nomer urut belasan, lupa tepatnya berapa.
Akhirnya tes selesai, dan saya pulang ke Solo naik prameks.
13 hari setelah itu, hasilnya keluar. Deg-degan banget ngecek di websitenya...
ALHAMDULILLAH, Pass Band 6.0 untuk tiap komponen dan Overall Score 7.0!
Listening score tetap. Reading turun, writing naik meski ga signifikan tapi lolos nilai minimal, dan speaking juga turun.
Tapi gapapa, yang penting target tercapai semua :)) Dan saya bisa submit result dalam waktu yang ditentukan. Alhamdulillah.
Ada beberapa masukan yang bisa saya kasih ke teman-teman yang belajar mandiri untuk tes IELTS...
1. Beli buku bagus itu penting.
Buku-buku IELTS preparation itu penting banget untuk dimiliki, supaya kita terbiasa dan familiar dengan tipe-tipe soal yang muncul di IELTS. Mungkin relatif mahal, tapi coba dibandingkan sama kursus intensif jatohnya ya lebih murah.
2. Maksimalkan Belajar lewat internet
Contoh soal dan pembahasan IELTS ini di internet banyak bangeeet! Maka saran saya, gunakan waktu sebaik-baiknya untuk riset dan belajar gratis lewat internet. Selain itu ga ada salahnya ikut kelompok belajar atau online course seperti di magoosh.com, yang kayaknya juga relatif terjangkau.
3. Practice makes perfect
Seklise-klisenya kaimat ini, ga ada yang ngalahin kebenarannya sih. Pokoknya latihan terus sampai terbiasa dan percaya diri meningkat.
4. Untuk tes listening, saya banyak belajar dari nonton film yang di off-in subtitlenya, atau closed caption. Saya jadi terbiasa banget denger berbagai macam aksen, dan kalau gak tahu langsung on-in subtitle tapi masih in English. Aplikasi Kamusku di HP juga hampir selalu standby. Saat tes sendiri, aksen yang digunakan speaker-nya bisa macam-macam. Ada American accent sampai British accent. Saya yang dari kecil biasanya nonton film Hollywood dengan aksen America awalnya agak kerepotan kalau dengar aksen British, tapi lama kelamaan karena sering denger dan familiarised myself with that accent, jadi lebih mudah mengerti.
5. Untuk tes reading, saya banyak latihan soal online. Di Feedly saya pun hampir semua artikel website berbahasa Inggris, dan setiap baca saya suka berandai-andai kira-kira dalam paragraf ini apa main idea-nya, lalu supporting idea dan lain sebagainya.
6. Untuk tes writing, ini yang paling penting: Latihan dan Review hasilnya. Kalau belajar lewat buku untuk listening dan reading kita bisa lihat dan koreksi sendiri jawabannya dari kertas jawaban. Tapi untuk writing, ga mungkin ada dua orang yang bikin tulisan sama persis karena ga mungkin ada dua orang yang punya isi kepala sama persis down to every word. Kenali juga topik pertanyaan untuk penulisannya. Dalam dua kali tes saya dapat pertanyaan "To What Extent..." terus. Tapi ternyata ada banyak sekali tipe pertanyaan yang harus bisa dengan jeli kita identifikasi, karena percuma nulis panjang-panjang kalau ga menjawab pertanyaan yang diminta sama mereka, dan meresponnya dengan baik juga. Contohnya; "Agree or Disagree", "Advantages and Disadvantages", "Discuss Both Views and give opinion", sampai "Solution to a problem". Lalu, biasakan membuat kerangka penulisan di awal dengan berdasarkan pertanyaan yang diminta. Jangan lupa juga soal jumlah kata minimal dan maksimal, karena jadi komponen penting dalam penilaian.
7. Untuk tes speaking, banyak-banyakin bikin monolog atau dialog dalam angan-angan dengan orang lain. Setelah latihan speaking saya sering banget melihat sesuatu dan tiba-tiba membahasnya sendiri di kepala. Banyakin praktek bicara dengan teman juga, dan monolog di depan cermin. Ga lupa kita juga harus perhatiin waktu, karena jadi aspek penting penilaian terus membiasakan diri untuk bicara secara runut dan sistematis menghindari bertele-tele dan melebar. Perlu juga diinget kalau examiner tidak menilai berdasarkan opini kita (benar/salah), tapi repon kita terhadap pertanyaan itu dan cara menjawab kita. Apakah jawabannya sesuai pertanyaan? Apakah dimengerti? Apakah kita memahami pertanyaan dan mereka memahami (meskipun ga harus meyetujui) jawaban?
Sudah berbulan-bulan sejak tes terakhir saya, jadi ga bisa terlalu ingat atau detail. Tapi semoga tips-tips yang saya tulis dan sharing cerita pengalaman saya ini bisa bermanfaat buat teman-teman yaa.
Semangat tes IELTS-nyaa!
Gmn kak cara dpt nilai tinggi di reading
ReplyDelete