Traveling dengan Multimoda Transportasi Bersama Balita
Pertama kali Alyaka saya ajak perjalanan jauh adalah saat dia berusia dua bulan, kami pindahan dari Solo ke Surabaya naik mobil. Saat itu kami berangkat sore sekitar pukul 16.00, lalu sampai di Surabaya jam 24.00. Lama memang, karena banyak berhenti untuk istirahat. Nah, selanjutnya sampai sekarang usianya 21 bulan, Alyaka termasuk udah sering banget traveling. Alhamdulillah, selama traveling ga pernah rewel dan ribet, karena mungkin udah terbiasa ya.
Saya mau ceritain pengalaman, tips dan trik untuk melakukan perjalanan jauh dengan multimoda transportasi bareng anak biar sama-sama nyaman semuanya. Semua based on my own experience dari mulai naik pesawat, mobil (baik pribadi maupun travel), kereta, kapal dan bus.
Intinya, mau naik apa aja, usahakan untuk tetap packed light. Maksudnya, bawa barang yang sekiranya essential dan minimalisir barang-barang yang kurang perlu atau ada substitusinya. Contohnya, saya selalu bawa diaper hanya untuk 1-2 hari, selebihnya beli di tempat tujuan. Ini menurut saya penting sekali untuk disampaikan, karena sepengalaman saya waktu masih follow social media mommagram yang diendorse berbagai macam produk perawatan bayi itu, tiap bagian traveling ada aja hal yang ga esensial yang biasanya cuma menuh-menuhin tas. Kalo bawa babysitter atau ada yang nemenin atau ga masalah bawa barang berat karena pake porter dsb sih ga papa kali ya, tapi buat yang traveling cuma berdua bayi kaya saya, atau bertiga sama ayahnya, yang haruslah kami angkat-angkat koper dan ngurus semua sendiri, bawa barang banyak bukan pilihan, bo! Dan plus di Eropa ga ada tu yang namanya porter, berat ringan semua junjung sendiri haha.
Secara umum, mau naik apa aja, beberapa hal ini mesti diperhatiin:
1. Carry-on Luggage
Carry on luggage ini simpelnya barang yang kita tenteng dan harus selalu dalam jangkauan tangan. Barang-barang penting seperti boarding pass, dompet, handphone beserta chargernya, biasanya dimasukin ke hand baggage yang diperbolehkan sampe kabin/ digantung di hook saat di kereta atau ditaruh di legroom. Nah, itu carry-on yang dibawa buat ibunya aja, kalau bawa anak beda cerita haha. Diaper bag Alya biasanya emang saya pisah dengan handbag saya, atau kadang kalo mau simpel banget ya saya jadiin satu. Dalem carry-on luggage Alyaka biasanya berisi:
- Satu tas kecil berisi spare diaper, tissue basah, hand sanitizer dan bib.
- Satu set baju ganti
- Botol susu maksimum 2
- Milk container dengan isi tiga porsi
- Botol minum isi air
- Termos isi air panas
- Selimut atau gendongan kaos; ini mending bawa geos aja penyelamat banget karena two in one!
- Satu tas kecil isi lucas papaw, minyak telon, tissue kering.
- Mainan dan Buku
2. Entertainment: Books & Toys
Dalam perjalanan jauh dan long flight, anak-anak mesti dikasih distraksi yang menghibur mereka seperti mainan dan buku. Nah, saat ke Swedia setengah tahun lalu, kami sengaja pilih penerbangan malam yang sesuai dengan jam tidur Alyaka. Saat dia bangun, bisa kita setelin film atau games di pesawat. Tapi kalau naik kereta, karena ga disediakan private entertainment screen, seringkali anak jadi bosen banget. Untuk mainan-nya jangan yang berisik atau punya banyak bagian-bagian kecil yang bisa jatuh atau kebuang, kalo saya biasanya bawa boneka jari atau puzzle sederhana. Buku, selain buku cerita yang tipis dan kecil, bisa juga activity book pasang-tempel sticker dsb. Triknya agar ga harus beli buku atau mainan baru agar anak tertarik adalah kita bisa sembunyiin dulu mainan atau buku kesukaannya beberapa minggu sebelum waktu keberangkatannya. Jadi pas udah di perjalanan dia bisa excited lagi.
3. Make Everyone Comfortable
Tidur dan makan jadi hal yang harus diperhatiin agar anak ga sakit saat bepergian, tapi seringnya jadi hal yang ga mereka sukai karena lebih pilih explore lingkungan sekitar. Nah, caranya biar mereka bisa istirahat, dan kita juga bisa, adalah dengan mengutamakan kenyamanan. Pakai baju yang longgar, kalau bisa bahan katun yang menyerap keringat. Saya paling anti pakai baju yang ada bordirannya, gampang kusut dan bahannya panas. Alyaka pun hampir ga punya baju yang ada ornamennya seperti emblem, sticker, bros dll. Bahan katun polos selalu jadi andalan saya, biasanya yang ada kantong juga di bagian depan. Celana pun harus gitu, ga bisa yang ribet pake kulot sedombreng atau rok yang menyapu lantai -___- Jilbab saya juga pakai peniti instead of pentul karena takut Alyaka kena.
Sebelum anak berusia 2 tahun memang belum wajib beli kursi sendiri, jadinya selalu saya pangku. Asal ga sesak kadang dia juga duduk sendiri di tengah.
4. Food & Beverage
Peraturan pertama anak ga rewel adalah perut yang kenyang. (Mbahtinya Alyaka, LOL).
Yaaap saya selalu bawa camilan roti atau kue digestive setiap bepergian sama Alyaka. Biasanya saya bawa Marie Regal, atau roti sobek. Tapi kalau dia ga mau atau bosen saya juga beli makan di kereta. Kalau di pesawat long flight kan kita selalu dapet meal, nah kita bisa minta untuk baby meal juga. Tapi kalau anaknya udah gedean dikit ga makan MP-ASI lagi, saya ga saranin, karena cuma berisi puree (biasanya merek Heinz), buah dan biskuit. Alyaka ga suka karena hambar, jadi saya selalu makan berdua sama dia dengan menu adult.
Karena Alyaka sudah tidak lagi minum ASI, susu bubuk wajib untuk selalu dibawa. Alyaka juga minum UHT, jadi saya kadang juga beli satu-dua pack susu UHT untuk dibawa dalam tas. Peraturan liquid 150 ml ke dalam kabin ga berlaku ya kalau emang buat baby, jadi jangan kuatir disita atau ga lewat.
5. Interact with Other Passenger
Alhamdulillah saya hampir ga pernah nemuin keadaan dimana Alyaka nangis rewel di perjalanan. Jadi, perasaan pekewuh atau ga enakan sama penumpang lain itu termasuk jarang terjadi. Biasanya, kalau anak nangis dan mengganggu kedamaian, orangtua harus tetap tenang dan JANGAN PANIK. karena kepanikan itu malah nyetrum ke anak. Tenang, kuasai, tangani. Tarik nafas dalam-dalam dan senyum yang manis. Mereka pasti maklum, kok. Kalaupun ga maklum mungkin mereka belum punya anak, atau emang ga suka sama anak-anak. Kita yang maklumin aja.
Biasanya Alyaka suka main atau nyapa penumpang di sekitar kami, dan saya juga ga ngelarang kalau orang tersebut welcome. Biasanya, penumpang lansia lebih maklum sama anak-anak, jadi saya sering nemuin mereka malah ngajak main Alyaka lumayan lama gitu. Tapi tetep harus kita perhatiin, ya, jangan disambi.
Nah, di atas itu secara general. Sekarang saya mau cerita per moda transportasinya.
1. Kereta atau Train
Perjalanan Alyaka dengan kereta ini pertama kali saat dia berusia 4 bulan (Surabaya-Solo). Lalu disusul perjalanan kereta lainnya:
Solo - Purwokerto, round trip. 4 months. 4 hours/ trip.
Solo - Surabaya, round trip. 4 months & 6 months. 4 hours/ trip.
Malmö - Älmhult, round trip. 15 months. 1 hour/ trip.
Malmö - Helsingborg, round trip. 20 months. 1 hour/ trip.
Solo - Bandung. 21 months. Total 9 hours.
Saat di kereta menuju Ystad
Dan banyak perjalanan kereta lain Malmö - Copenhagen round trip, Ystad, Trelleborg and so on.
Kereta di negara maju jelas beda sama kereta di Negara tercinta kita ini. Di Eropa, WC relatif lebih luas dan ada baby changing pad juga. Jadi kita bisa ganti diaper dengan nyaman. Kalau di kereta dalam negeri, saya selalu gantiin diaper Alyaka di kursi penumpang, kecuali kalo dia pup baru saya bawa ke WC. Nah, kan disediain kantong kresek, biasanya saya pakai untuk diaper bekas dan langsung ditali, dibuang secepetnya kalo ada cleaning service yang lewat.
Kereta di Eropa juga memungkinkan untuk stroller dibawa ke atas dan ditali, meski beberapa juga engga nyaman seperti di Paris. Nah, kakak kedua saya selalu bawa stroller dan pesan di kursi single agar stroller bisa ditaruh sebelahnya. Tapi, saya sendiri belum pernah coba.
Entah kenapa kalau di kereta Alyaka saat masih menyusu bisanya tidur kalau dibawa ke bordes. Justru dengar suara kereta berisik gitu dia baru bisa tidur. Tapi sekarang abis disapih & sleep training dia bisa merem sendiri dengan saya pangku atau posisi kanguru. Nah, kalau dia bangun, saya biasanya main sama dia atau makan ke restorasi. Biasanya dia juga pengen jalan-jalan, makanya dia jalan sendiri ke restorasi ga saya gendong, terus kita nongkrong deh. Kalau bosen main, biasanya saya ajak lihat pemandangan di luar (saat masih ada matahari). Saya ajak ngitung rumah, lihat sawah, cari burung di langit.
Saya dan suami ga selalu harus naik eksekutif, kalo ada ekonomi kami juga ga masalah naik kereta ekonomi. Karena sekarang kereta mau apapun kelasnya udah sama kan fasilitasnya, cuma mungkin beda di legroom atau kursinya bisa direcline/ ga.
2. Pesawat atau Plane
Flight pertama Alyaka adalah saat dia berusia 5 bulan dari Surabaya-Bali. Lalu disusul perjalanan pesawat lainnya:
Solo - Jakarta, round trip. 9 months & 14 months. 1 hour/ trip.
Jakarta - Doha. 14 months. Total 7,5 hours.
Doha - Copenhagen. 14 months. Total 8,5 hours.
Copenhagen - Paris. 17 months. Total 2 hours.
Paris - Granada. 17 months. Total 2 hours.
Malaga - Zurich. 17 months. Total 3 hours.
Zurich - Copenhagen. 17 months. Total 3 hours.
Copenhagen - Amsterdam. 20 months. Total 1,5 hours.
Amsterdam - Jakarta. 20 months. Total 13 hours.
Jakarta - Solo. 21 months. Total 1 hour.
Pulang dari Zurich ke Copenhagen setelah ga mandi 2 hari
Long Flight itu tantangan tersendiri! Tapi Alhamdulillah sejauh ini maskapai yang pernah saya coba selalu bikin nyaman perjalanan dengan bayi dan sangat akomodatif dengan kebutuhan orangtua yang bawa infant. Saat naik Garuda Indonesia, orangtua yang bawa infant dikumpulkan di dua row, jadi nyaman banget kami bisa tuker cerita dan bantu-membantu ambil barang dan pinjem-pinjeman. Baby meal-nya juga boleh minta ampe dua kali. Saat naik Qatar, infant dikasih buku bacaan, dan entertainmentnya waaay better than Garuda Indonesia karena film dan gamesnya lebih banyak dan dibagi per kategori yang variatif.
Saya selalu bawa earmuff, dulu pake EMS 4-bub lalu saat Alyaka udah setahun saya pakai Babybanz. Membantu ga? Yaa menurut saya iya sih, walaupun beberapa kali juga Alyaka ga pakai earmuff saat take off maupun landing dan baik-baik aja hehe. Kuncinya adalah bikin mereka tetep ngunyah/ minum sih untuk menjaga tekanan di telinga tetep normal.
Nah karena belum pernah (dan mungkin ga akan pernah kalo ga diupgrade for free lol) naik bisnis, legroom di economy class yang sempit itu juga jadi tantangan. Biasanya saya selalu naikin pembatas untuk handrest biar Alyaka bisa duduk, tapi dengan seizin orang di sebelah saya juga atau Ayahnya kalo pas bareng. Barang kami juga selalu saya taruh di bawah kursi agar bisa diraih dengan cepat.
Gendongan kaos jadi penyelamat banget karena bisa dikalungkan pinggang ke pinggang saat anak main, atau ditaruh pundak ibu-pantat anak saat tidur. Dan semuanya bisa sambil tetep pake extension seatbelt untuk infant. Saya ga pernah copot seatbelt even saat lampu tanda kenakan sabuk pengamanannya dimatikan pas short flight. Pernah saat dari Zurich ke Copenhagen, Alyaka pup beberapa saat abis take off. Saya bawa ke lavatory dan Alhamdulillah tetep aman terkendali karena walaupun sempit ada infant pad juga.
3. Kapal atau Ferry
Alyaka cuma pernah dua kali naik kapal dari Helsingborg - Helsingør round trip saat 20 bulan. Enaknya naik ferry yang singkat adalah pengalaman baru dan banyaknya hal yang bisa dilakukan di atas kapal. Saat itu perjalanan kami memakan waktu 20 menit. Kursi nyaman, lalu bisa jalan-jalan ke deck juga lihat pemandangan. Ada duty free shop juga yang bisa ditengok sekalian belanja. Pokoknya pengalaman naik ferry ini berkesan banget, karena ternyata di wilayah perairan dua negara ini punya peraturan yang berbeda, lho. Kalau ga salah kita boleh ngerokok tapi ga boleh minum alkohol saat di perairan Swedia, tapi boleh minum alkohol dan ga boleh ngerokok saat di perairan Denmark. Jangan lupa untuk selalu pakein jaket saat naik ke deck karena angin kencang.
Duduk-duduk di waiting room Scandlines ferry
4. Bus
Pertama kali Alyaka naik bus adalah dari Malmö ke Lund saat 14 bulan. Lalu disusul perjalanan darat naik bus lainnya:
Lund - Älmhult round trip. 16 months. 1 hour/ trip.
Granada - Córdoba. 17 months. Total 2 hours.
Córdoba - Málaga. 17 months. Total 3 hours.
Malmö - Sjöbo, round trip. 18 months. 1 hour/ trip.
Menikmati sunset di perjalanan dari Granada ke Córdoba
Bus antar kota gini yang di Swedia termasuk sama kaya dalem kotanya, nyediain tempat buat stroller dan relatif gede. Tapi selama di Spanyol, bus ke Córdoba & Málaga hampir sama kaya bus Patas di Indonesia, makanya stroller kami lipat masuk ke dalam bagasi. Alyaka termasuk anak yang bosenan, dan buat saya perjalanan via bus ini kalo ga singkat mending engga deh. Rasanya kan sama kaya naik mobil pribadi, tapi ga berhenti lama-lama di satu tempat cuma bentar aja dan jadwalnya fix. Kalo penuh kita juga ga bisa recline kursi kebanyakan. Triknya sih pilih di jam tidur siang anak aja biar dia bisa tidur dan ga banyak mau. Mainan tetep jadi penyelamat, dan jangan lupa pake seatbelt (kalo ada) karena sering ngerem mendadak.
5. Mobil pribadi atau Travel
Pertama kali Alyaka naik mobil adalah saat dia dua bulan dari Solo - Surabaya memakan waktu 8 jam. Waktu kecil sih yang ribet adalah peritilannya, tapi kalo anaknya belom banyak gerak dan lebih banyak tidur. Lalu disusul perjalanan by car/ travel lainnya:
Solo - Jogja. 6 months. Max 2 hours.
Solo - Banjarnegara. 21 months. Total 7 hours.
Banjarnegara - Purwokerto. 21 months. Total 2,5 hours.
Naik mobil di Badhoevedorp, Amsterdam
Moda transportasi yang paling nyaman tapi juga yang paling riskan dari segi safety. Enaknya bawa mobil pribadi adalah bisa berhenti di sembarang tempat sesuka hati. Alyaka kalau di mobil selalu duduk di carseat karena saya biasain dari kecil, jadi dia ga yang berontak atau bosen gitu. Kalau main atau baca buku ya sambil duduk, ga dipangku. Plusnya lagi saya lebih bisa istirahat dengan nyaman. Nah, baru kemaren ini kami pergi ke Banjarnegara naik travel. Kami pilih duduk di row belakang supir persis nomer 2,3, dan 4. Enaknya, ada tempat untuk naruh botol minum, snack dsb di depan kita. Bawah kursi juga relatif besar jadi bisa untuk nyimpen tas. Kami berhenti 2 kali di Yogya dan perbatasan Temanggung-Wonosobo untuk makan dan ngelurusin kaki. Overall Alyaka suka sih dan ga bosen karena tempat duduknya besar. Ga bisa terlalu interaksi sama penumpang lain karena ruang gerak terbatas juga. Untuk hiburan si anak bayi, bisa mainan apa aja asal ga baca buku. Karena kalo baca pasti kan malah jadi pusing, kasian.
Buat penutupnyaaa, no matter what kind of transportation we choose, the baby gear we bring and stuffs we carry, yang paling berperan besar adalah apa yang ada di pikiran kita. If you think you will be okay then okay it is. If you worry all the way till you can not enjoy the trip so the trip wouldn't be enjoyable at all. And your baby knows it! If I can do it so does other mom. Selamat berjalan-jalan!
Comments
Post a Comment