To Follow or To Inspire



Daun-daun udah mulai menguning memasuki musim gugur. Foto diambil di depan Stadsbibliotek Malmo.

Apa reaksi pertama kalian semisal ada seseorang meniru, mengikuti, menjiplak gaya/ suatu hal yang kalian buat dengan proses panjang?

Marah? Kesal? Biasa aja?

Mungkin itu reaksi yang paling banyak muncul saat pertanyaan semacam itu ditanyakan ke kita, ya. Sebenernya ga perlu terlalu marah, karena kata orang bijak, there's nothing new under the sun. Austin Kleon pun bilang semua artis besar itu cuma 'pencuri' dari artis besar lain, di bukunya yang berjudul "How to Steal Like an Artist". Pun ide original udah jarang yang muncul, beberapa cuma modifikasi dari ide sebelumnya yang dimiliki orang lain, atau penyesuaian dari ide lama mereka yang lebih relevan sama jaman sekarang.



Salah satu sudut di Kungsparken, Malmo.

Beberapa saat yang lalu bisa dibilang saya sangat kaget melihat seseorang meniru cara saya melakukan suatu hal. Sesuatu hal ini bukannya hal jamak dilakukan orang ya, tapi saya sendiri dulu juga struggle menemukan ciri khas dan style saya dan menseriusi hobi ini sehingga jadilah 'gaya yang Tania banget' buat saya. Berkali-kali saya ganti template, dari 2009 saya mulai, dan udah bermacam format saya coba sampai akhirnya saya yakin dengan 'tampilan' yang sekarang dan berniat untuk konsisten di situ. Mengingat kami punya histori hubungan yang baik, saya mencoba berbaik sangka. Sebenernya bukan sekali ini aja hal tiru-tiru ini terjadi, di beberapa hal lain juga pernah, tapi kali ini saya ingin sekali tahu kenapa beliau melakukan itu (lagi). 

Ada beberapa alasan kenapa orang melakukan suatu hal yang mirip dengan orang lain. Satu, buat mereka itu bagus dan mereka mau coba karena terinspirasi. Dua, buat mereka itu bagus dan mereka mau coba karena pengen ikut-ikut aja dan berharap reaksi sama dari orang lain. Ada perbedaan mendasar antara 'mengikuti' dan 'terinspirasi'. Pihak yang satu berusaha lebih keras untuk menemukan gaya sendiri dan pihak yang lain ga mau keluarin effort lebih buat punya ciri khas karena mungkin mereka juga masih di tengah kebingungan mencari jati diri, tsailah. Dan kebanyakan mereka ga sadar kalo menjiplak karena hal itu udah sering mereka lakukan: mencari inspirator, terilhami, dan meng-copy mentah-mentah. Iya, kebanyakan ga sadar.

Sepanjang hal yang diikuti itu masih baik, pasti yang diikuti bakal merasa senang. Tapi kalo udah merembet ke hasil pemikiran, hasil kerja keras, hasil brainstorming sama orang lain, terus dijiplak ketiplek tanpa modifikasi, tanpa babibu ga ngomong apa-apa terus dicredit jadi hasil pemikiran dia sendiri, pasti lah ada satu dua hal yang ganjel dari orang yang diikuti.

Tapi dari kasus ini saya malah jadi sadar, bahwa resiko itu bakal selalu ada dan kita ga bisa kontrol orang lain buat ga melakukan itu. Sekali lagi, siapa tau style kita juga influenced dari orang lain kan?!



Beberapa saat setelah saya ngomong dengan beliau, saya pun menyadari sesuatu kalo ternyata, setelah ngerasa kaya kecolongan gitu, saya malah lebih semangat lagi melakukan dan memperbaiki hal yang saya sukai itu. Saya jadi lebih (pengen) rajin, pengen konsisten, dan pengen setidaknya membuktikan kalo saya ngelakuin ini dengan serius. Dan hasilnya adalah, yaaa walaupun masih dikit-dikit tapi ada progress lah. Pertamanya impulsif menggebu-gebu, tapi kali ini lebih slow down perlahan... Tapi keinginan untuk menunjukkan kalo saya serius dan baik di bidang ini selalu ada, dan jadi semangat kalo saya mulai kendor.

Ternyata, ga selalu butuh orang yang menginspirasi ya untuk bikin kita 'up our games'. Punya orang yang terinspirasi sama kita (atau copycat?!) juga bikin kita makin semangat, makin pengen jadi lebih baik, and up in the games.

Apapun itu, kalau masih dalam jalur kebaikan, jangan ragu buat berlomba-lomba. Ga bakal ada yang namanya kalah apa menang, karena bukan kompetisi. Dan semoga makin banyak orang yang ngasih inspirasi baik ke orang lain, sehingga makin banyak orang yang berbuat baik. Aamiin.

Comments

Popular Posts