Granada - The Lost & Found

Granada, kota Andalusia pertama yang kami kunjungi. Menulis kembali perjalanan kami di Granada, membuat saya teringat banyaknya emosi yang saya rasakan di kota ini. Seringkali pengalaman yang saya dapatkan di kota ini memunculkan sebersit rasa sedih, bangga, dan malu dalam diri saya. Sedih, karena membayangkan kehebatan apa yang dulu pernah ada di sini. Bangga, akan besar dan megahnya bangunan "Al Hambra" yang dijuluki A Pearl set in Emeralds dan penemuan-penemuan lain dari muslim jaman dahulu. Lalu malu... campur aduk rasanya merefleksikan sejarah dengan keadaan masa kini dan ke dalam diri saya sendiri sebagai seorang hamba. Namun mustahil rasanya untuk bisa nulis dan cerita semua di sini...

Overall perjalanan di Granada ini menyenangkan, dan seperti janji saya di Instagram, pengalaman-pengalaman menarik saya sebagai turis yang memakai atribut muslim di kota Andalusia ini akan saya coba ceritakan. Foto-foto lain mungkin bisa scrolling instagram saya ya!

- -

1 Agustus 2017
Sesampainya di Granada sekitar pukul 21.00 malam, kami naik bus ke hostel kami selama di Granada, Hostel Vita. Sebenernya ini pengalaman pertama saya lho menginap di hostel, apalagi Alyaka. Kami harus jalan kaki cukup jauh dari tempat pemberhentian bus ke hostel kami, saat itu sudah malam sekali sekitar jam 22.00, tapi orang masih ramai dan lampu masih terang benderang. Sesampainya di dekat hostel, ternyata kami harus naik tangga lagi agar bisa sampai di hostel. Akhirnya malam-malam begitu, ada ibu muda gendong anak bawa koper dan diaper bag, ditemani suaminya yang bawa stroller dan backpack gede, naik puluhan anak tangga mencari tempat bermalamnya. Sampe hostel rasanya FYUH sekali.


Tangga menuju hostel difoto dari atas. 

Kami checkin dan ternyata kena additional fee karena melewati batas checkin yaitu pukul 23.00. Hostelnya lucu banget! Very recommended dan kerasa feel-nya modern & young. Kami sewa kamar di lantai 2 dan langsung beristirahat.

2 Agustus 2017
Pagi-pagi sekali kami bangun, lalu antre mandi karena satu lantai cuma ada satu kamar mandi. Selesai mandi kami langsung sarapan di kitchen bersama tamu hostel yang lain. Hihi lucu juga mengingat pengalaman pertama saya masak bareng-bareng orang yang baru pertama kali saya temui, dan makan bareng di meja makan gitu.


Selesai sarapan, kami langsung jalan ke Al Hambra. Ga memakan waktu lama (sempet nyasar juga sih) sekitar 15 menit, kami sampai di entrancenya. Mas Hafidz udah beli tiket online, dan kami tinggal print tiket based on booking code dan sewa audio guide, lalu masuk. Berdasarkan survey kami, sebaiknya ke Nasrid Palace dulu karena pengamanannya ketat, tapi karena terlanjur beli tiket masuk Nasrid Palace jam 13.00, kami muter-muter dulu ke tempat yang lain.

Kami lanjut makan siang sekitar jam 12.00 di restoran di dalam kompleks Al Hambra, tepatnya di Restaurant Hotel America. Awalnya di depan kami ragu masalah harga, karena ternyata ini Restoran  Michelin. Tapi ternyata harganya cukup masuk akal dan kami penasaran, akhirnya nyobain deh. Saya pesan daging kelinci yang dimasak lembut, sedangkan Mas Hafidz pesan beef stew. Awalnya kami berdua mau pesan satu menu yang ada sausage-nya. Waktu kami sampaikan order ke waiter dia bilang "But it has pork" dan bersyukur banget dia ngasitau karena saya pakai jilbab. Coba kalo engga... bisa kacau. Anyway ini kedua kalinya saya terselamatkan dalam hal makanan karena pakai jilbab lho, pertama kali sampai di Paris saat mau pesan pizza, waiternya bilang kalo contains ham, dan langsung rekomendasiin menu lain yang berbahan daging ayam. Tapi yang bener ya tiap mau pesen kita mesti nanya duluan ada atau engga ada olahan daging babi, tapi poin saya di sini adalah sebelum kami nanya mereka udah ngasitau karena tau muslim ga makan babi, dan tau kalo pake jilbab berarti muslim. Gitu :)



Daging kelincinya lembut banget, tapi lupa ini nama menunya apa huhu

Selesai makan, kami lanjut perjalanan di dalam Al Hambra dan langsung menuju Nasrid Palace. Dulunya, Al Hambra ini dibangun sebagai benteng kecil, lalu ratusan tahun terbengkalai sampai akhirnya direnovasi oleh Pangeran Moorish (sebutan bagi penduduk muslim di semenanjung Peninsula) yaitu Mohamed ben Al Ahmar dan pada tahun 1333 dijadikan istana oleh Sultan Granada, Yusuf I. Setelah Granada ditaklukkan Kristen pada tahun 1492, Al Hambra menjadi royal palace dari Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Sekarang, kita mengenal Al Hambra sebagai warisan kekayaan dunia oleh UNESCO, dan menjadi atraksi utama bagi kota Granada karena arsitektur Islam, Kristen serta taman-tamannya yang indah. Ga heran, Al Hambra ini menginspirasi penulisan banyak cerita dan lagu. 




Alyaka tidur di awal perjalanan kami, first stop Generalife sebagai tempat bersantai raja.


Kami bertiga di Patio of the Irrigation Ditch

Kami antre sekitar 15 menit dan melewati beberapa pemeriksaan hingga bisa masuk ke dalam. Dan sampai dalam, indah banget! Nah, Nasrid Palace atau Palacios Nazaries ini merupakan private area dari istana. Nasrid Palace terbagi menjadi tiga bagian yaitu The Mexuar sebagai tempat semipublik untuk urusan kenegaraan dan administrasi, Comares Palace sebagai tempat tinggal raja, dan Palace of Lions sebagai area paling privat dimana perempuan-perempuan berada.  


Saya dan Alyaka di "Court of the Myrtles"


Kaligrafi Arab seperti ini menghiasi hampir setiap sudut ruangan di Al Hambra.


Pilar-pilar di Palace of the Lions

Saking luasnya total area Al Hambra ini, kami baru selesai mengunjungi semua tempatnya sekitar jam 5 sore. Menurut saya hal yang paling membuat saya takjub adalah bagian dalam Nasrid Palace, dan kaligrafi di hampir semua dinding yang bertuliskan lafadz "Laa Ilaaha Ilallah"... Sampai saya sempet nahan-nahan untuk ga nangis saat melihat kemegahan bangunan ini dan keindahan arsitekturnya saat di Comares Palace. Semua bukti kejayaan Islam di masa lalu. Kejayaan yang diraih, hilang, lalu ditemukan lagi dalam bentuk rasa bangga di dalam hati muslim yang meresapinya. Allahu Akbar...



Lafal "Wa Laa Ilaaha Ilallah" atau "Dan tidak ada Tuhan selain Allah" menghiasi hampir sebagian besar dinding di Al Hambra. Konon setelah tidak lagi menjadi Istana Muslim, dekorasi dan hiasan Islam sempat ingin diganti namun karena terlalu banyak maka hanya ditambahi ornamen bercorak Kristiani.


Kota Granada dari atas bastion di Al Cazaba atau benteng utamanya.

Akhirnya kami balik lagi ke hotel, dan makan malam beli kebab di dekat hotel. Malam itu sebenernya berencana nonton flamenco tapi udah ga kuat kami pilih istirahat di hotel. Oiya, karena panas dan ga biasa kepanasan itulah kami selama di Granada minum terus! Bolak balik beli air kemasan atau isi ulang botol minum kami, kalo ga lemes. Jadi bawa botol minum sendiri sangat sangat disarankan untuk irit pengeluaran.

✤ -

3 Agustus 2017
Hari kedua di Granada, kami memutuskan untuk ikut free tour keliling kota. Sekitar jam 09.00 semua peserta berkumpul dan kami memulai perjalanan hari itu.


Kami berkeliling ke banyak spot menarik dan bersejarah di Granada. Guide kami, Borja, sangat teatrikal dan informatif sekali dengan Bahasa Inggris yang jelas dan mudah dipahami (ini penting!). Borja bercerita bagaimana penduduk muslim yang menempati Granada dulu membangun kota ini dengan sangat baik dan menggunakan teknik yang sangat cerdas. Karena Granada sering dilanda gempa, maka bangunannya dibangun menggunakan campuran batu alam dan semen biar kokoh tapi tetep fleksibel. Belokan di jalan juga dirancang dengan teliti biar tentara-tentara yang datang dari bawah ke atas sulit menggunakan pedang dan perisai di tangan kanan. Menurut mereka itu jenius banget.

Borja juga bercerita bahwa dulu setelah penaklukkan muslim, ada patroli 'daging babi'. Kemananan diperintahkan untuk mendatangi rumah-rumah dan menyuruh penduduk untuk makan daging babi sebagai patroli pengurangan jumlah muslim di Granada. Jika menolak maka dibunuh. Jadi pilihannya mati atau pindah agama. Saat Borja bercerita ini, dalam rombongan kami hanya saya yang memakai atribut muslim yaitu jilbab. Dan Borja sangat berhati-hati saat bercerita sambil sesekali melihat ke arah saya, hahaha. Padahal saya mah santai aja wong udah lalu. Tapi karena hal ini jadi mudah dimaklumi kenapa di Andalusia sini makanan lokal banyak mengandung babi karena ada patroli , mungkin.

Setelah selesai free tour guide, kami makan siang di Camela Resto. Kami pesan octopus with mashed potato yang enaaak banget! Ini pertama kalinya Alyaka nyobain octopus hehe. Setelah dari Camela Resto, kami naik bus ke "Parque de Las Ciencias" atau Science Park. Kami naik dari halte bus Catedral dan turun di Violon. Saat sampai di halte bus Violon kami harus berjalan kurang lebih 10 menit menurut google maps, tapi agak sedikit muter. Berbekal sotoy yang teramat sangat, saya dan suami nekat motong jalan dari maps dan ternyata, jalan raya dong! Ga ada jalan sama sekali untuk ngelewatin selain harus puter balik dan ikut route awal dari google mapsnya. Dan lagi siang itu panas banget sampai 44 derajat, kami ga bawa payung juga. Daerahnya sepi dan ga banyak pohon, lagi. Duh!

Sampai di museum, kami langsung pergi ke bio domo, dimana terdapat banyak satwa biodiversity yang ada di dalamnya. Seru! Kami lihat sloth bergelantungan di atap, lemur lagi kumpul di pohon, hiu dan bermacam satwa unik lain. Ga bisa lama-lama di museum, kami harus ngejar bus ke Cordoba sore itu. Akhirnya dengan berat hati kami cuma sempet main di baby area dan beberapa science corner sambil nunggu taksi datang. Kami balik ke hotel naik taksi, lalu ambil barang bawaan kami dan pergi lagi ke halte dengan taksi yang berbeda (karena udah terlanjur pesen via hotel). Sampe halte, kami beli makan malam pizza dimakan di atas bus. Perjalanan ke Cordoba memakan waktu sekitar 2-3 jam, dan sepanjang perjalanan indah banget kami melihat pepohonan, hamparan padang yang luas dan dapet sunset juga. Indah sekali ❤




Alyaka ketiduran di taksi dan bahkan ga kebangun saat kami udah sampai di museum.



...masih tidur tapi bundanya maksa foto sama hiu.



Menikmati sunset di atas bus ke Cordoba.


Most of the photos taken by my husband @hafidznovalsyah ❤

Comments

Popular Posts