Baby Sleeping Habit I Wish I Knew As a New Mom ❤



Ada beberapa hal yang menurut saya mesti didismiss dari tradisi atau kebiasaan pengasuhan anak bayi yang jamak dilakukan di sekitar lingkungan saya. Beberapa hal itu terbukti merugikan, dan di sisi lain tidak membuat hidup anak dan orangtua menjadi berkualitas (at least untuk saya). Andai saja dulu ada yang 'mengingatkan' saya untuk tidak melakukan hal di bawah ini atau untuk tidak melakukannya terlalu lama sehingga jadi kebiasaan... 

Namun, tulisan saya ini adalah murni pengalaman saya pribadi, yang saya tulis berdasarkan opini saya, boleh setuju atau enggak ya... bebas :) Boleh pilih untuk ga setuju, karena setiap 'pengalaman' dan 'kondisi ideal' bagi setiap keluarga dan ibu-anak kan beda-beda. Lupakan soal 'normalnya' karena ga ada oranglain yang hidup bersama ibu dan anak selain orang di sekitar mereka, yang komen aneh-aneh kan biasanya tetangga atau kenalan jauh yang ga ikut capek :p 

Di banyak negara maju, seperti Swedia, anak tidak dibiasakan tidur dengan orangtua atau istilahnya co-sleeping. Mereka punya kasur sendiri di baby crib yang sampai nanti mereka cukup besar untuk punya kasur biasa sendiri. Alasan tidak dianjurkannya co-sleeping adalah karena masalah safety, yaitu kemungkinan orangtua membahayakan si anak tanpa sadar. Kedua, anak terbiasa tidur sendiri dan bisa menenangkan diri mereka saat terbangun di malam hari, sehingga otomatis lebih mandiri dan tidak bergantung pada keberadaan orangtua untuk bisa terlelap.

Di lingkungan saya, baby crib dilabeli sebagai hal yang 'alah-paling-nanti-ga-kepakai'. Ya, memang jelas, karena bayi dibiasakan tidur sambil dinenenin atau 'breastfeeding until sleep'. Otomatis anak bayi tidur bersama orangtua. Saat memasuki usia 3 bulan, saya ingat untuk pertama kali Alyaka tidak bangun setiap 2 jam, tapi bablas sampai pagi. Saat itu dia masih tidur di box bayi pemberian mandenya, yang dikhususkan untuk bayi newborn dan bisa rocking atau diayun. Namun semakin dia besar dan bisa tengkurap, saya pindahkan untuk tidur di kasur bersama saya, dan saya sempat frustasi karena Alyaka 'bau tangan' - yang ternyata hanya sebuah fase saja- , dinasehati untuk 'kelon' atau menyusui sambil tiduran sampai anak terlelap. Keuntungannya:
1) Jelas ibu ga capek 
2) Kalau anak sudah tidur ga perlu repot-repot mindahin lagi takut kebangun. 

Namun disisi lain kekurangannya juga banyak yaitu:
1) Ibu menghabiskan banyak waktu untuk nursing, sedangkan banyak pekerjaan lain yang mesti dilakukan, apalagi jika tidak menggunakan jasa ART seperti saya 
2) Bayi sangat bergantung pada ibu dan ga bisa self soothe jika terbangun 
3) Bayi ga bisa membedakan mana waktu tidur dan mana waktu menyusui sehingga selalu mengasosiasikan 'mengantuk' dengan 'nenen' agar bisa tidur.

Untuk lebih jelas tentang good side, bad side dan other ugly truth tentang nursing baby to sleep bisa buka link ini.

Hal ini berlangsung sampai usia Alyaka 16 bulan, dan untuk pertama kalinya semalam saya merasa sudah 'cukup' dengan perkelonan ini. Direstui suami, kami mulai melatihnya untuk bisa tidur sendri tanpa harus nenen. Alyaka menangis hingga berjam-jam di kasur dengan saya di sampingnya, hanya berulang menenangkan ditepuk punggung dan dielus kepalanya. Kasihan pasti, tapi tega harus. Ini semua untuk kebaikannya dan kebaikan orangtuanya, agar ia bisa lebih mandiri dan orangtuanya bisa lebih cukup berisitirahat.

Semoga berhasil dan membawa kebaikan jangka panjang untuk keluarga kami. Aamiin...

Comments

Popular Posts